Selasa, 29 September 2015

Luka Masa Kecil

ya..awalnya saya membaca psikologi judul seperti diatas juga rada bertanya tanya. apakah untuk anak anak yang menderita luka tauma saja. setelah saya membaca lebih jauh dijelaskan lebih rinci serta contoh contohnya dan saya hanya akan merangkum sebagian saja karena bukunya lumayan tebal.

nyatanya kebanyakan orang memiliki luka masa kecil bahkan dikeluarga bahagia sekalipun. karena orang tua asuh kita hanyalah manusia, mereka pun tak luput dari salah mengasuh kita. seperti contohnya, dijelaskan di buku tersebut seorang anak kecil tinggal di keluarga yang suka membanding bandingkan, tinggal di keluarga yang suka mencemooh, dll. bagaimana tidak, sang anak yang tumbuh akan menyimpan semua kenang kenangan atau luka tersebut, jangan salahkan kalau suatu saat anak pada usia remaja mulai bertindak membangkan, minder, tidak tegas , takut takutan, tersinggungan, dll. itu tak luput dari peran keluarga pembentuk terbesar apalagi dalam masa masa golden age. anak suka meniru apa yang dilakukan orang tuanya. ada orang tua menyadari " oh ya ya anak saya nakalnya minta ampun susah diatur kayak saya dulu waktu muda" . dan warisan kebiasaan  itu bisa dibawa ke anak cucu kelak.  seperti lingkaran hitam yang mengebor semakin dalam kebawah.

Saya mendengar juga ada kesaksian seorang ayah yang memukuli anaknya sendiri, selidik punya selidik. si ayah ini waktu kecil juga sering dipukul oleh ayahnya. karena didikan inilah dia bersuyukur karena didik keras dulu oleh orang tuanya dan mindset itu diterapkan kepada anaknya karena si ayah tersebut tidak mengetahui cara yang benar untuk mendidik si anak, kalaupun tau kemungkinan perjuangan berubah tersebut sangatlah berat karena polah asuh orang tuanya yang salah sudah menjadi kebiasaan dari dulu dan menempel kuat di alam bawah sadarnya. sehingga ada juga sampai orang tua menyesal akan tetapi ia kesulitan lepas dari kebiasaan itu. dan yang anak kecil tersebut sudah terlanjur menerima luka itu dan kalau tidak di pulihkan bisa terbawa sampai anak -anaknya kelak.

Kalau kita yang pernah mengalami hal itu, stidaknya jangan sampai hal itu diwariskan kepada anak cucu kita
sebaiknya tanamkan hal hal yang baik sehingga itu bisa menjadi warisan yang berharga daripada harta kekayaan yang bersifat sementara.
contoh yang lain adalah perkataan, banyak orang tua yang asal ceplos saja saat emosi.seeperti "kamu ini ,rugi ayah menyekolahkan kamu". anaknya akan berpikir "oh aku hanya sebagai investasi aja, oke saya akan kembalikan apa yang menjadi utang saya". contoh lainnya saat anak terjatuh dan ibu bilang "ya apa si, ini lantainya yang salah,pohonnya kenapa ada disini", jangan heran kalau suatu kelak si anak menjadi dewasa dan tidak mau intropeksi diri, yang ada hanya menyalahkan orang lain.

apa yang kita tanamkan percayalah itu yang akan kita tuai kelak. stidaknya kenali diri kita sebelumnya dan berdamailah dengan masa lalu kita. jangan memendamnya dan mengabaikannya karena yang dipendam takkan hilang dan tersimpan di alam bawah sadar, itu akan muncul dalam hal yang kita tidak sangka sangka dan dapat merusak relationship kita. akui dan cari akar masalahnya..psikolog psikolog pun mencari akar masalah dari clien tersebut dengan menanyakan masa lalunya/ masa kecilnya ( akar permasalahan )




Tidak ada komentar:

Posting Komentar